Kunci Success dalam Implementasi RFID di Industri Manufacturing
Setelah Anda memahami pengertian RFID, kami akan memberikan beberapa contoh Implementasi RFID untuk Industri Manufacturing.
RETURNABLE ASSET TRACKING
Apa itu returnable asset tracking? Returnable asset tracking merupakan pelacakan aset yang dapat dikembalikan. Aset-aset dilacak biasanya berupa kontainer yang merupakan wadah untuk membawa produk saat mengirim barang ke customer. Kontainer ini kemudian akan kembali lagi ke perusahaan dalam keadaan kosong untuk digunakan kembali. Oleh beberapa perusahaan, kontainer-kontainer ini disebut dengan “RC”. “RC” merupakan singkatan dari dua istilah yaitu Returnable Container untuk kontainer yang dikirim keluar perusahaan dan Reusable Container untuk kontainer yang dipakai di internal perusahaan.
RC dapat berbentuk macam-macam, tergantung produk yang akan diakomodasi. RC dapat berbentuk seperti pallet kayu, pallet plastic, pallet besi, tabung gas, box plastik, galon, kontainer plastik, drum, cage, karung, dan lain-lain. Beberapa jenis RC biasanya sangat sulit untuk dimonitor. Hal ini desebabkan oleh keseragaman bentuk kontainer dan tidak adanya serial number/ID yang unik untuk membedakan setiap kontainernya. Hal ini dapat menyebabkan kerugian secara finansial bagi perusahaan tersebut.
Bagian purchasing dari beberapa perusahaan membeli RC terus menerus tanpa bisa memonitor secara pasti jumlah, lokasi, dan kondisi RC yang sekarang mereka miliki. RC yang hilang atau rusak juga tidak dapat di identifikasi. Solusi untuk permasalahan ini adalah pengimplementasian “unique ID” pada asset tersebut yang berupa Barcode atau RFID sehingga dapat dimonitor dan dilacak dengan mudah.
Dengan adanya penandaan ini kita akan dapatkan 6 manfaat yaitu:
- Kejelasan Posisi RC Asset (Traceability)
Dengan Implementasi RFID pada setiap RC, kita dapat membaca dan mencatat posisi titik-titik transaksi peralihan. Kita dapat mengetahui apakah suatu RC sedang dalam proses pengiriman ke customer, kembali/penerimaan RC kosong, di assembly , QC produk, atau transaksi di gudang produk jadi (Finished good).
Dengan cara ini, informasi data loger transaksi dari setiap ID unik RC dapat diperoleh. Loger transaksi ini juga bisa dalam bentuk zona/area. Dengan data loger, kita bisa memonitor posisi dan jumlah RC di setiap zona berdasarkan database. Perusahaan dapat mengidentifikasi jumlah RC yang ada di zona customer, zona penerimaan (RC aset yang kembali & kosong), zona produksi, zona penyimpanan, dan zona siap kirim. Total jumlah RC dari tiap zona adalah Total RC perusahaan.
2. Kelebihan stock asset (Excess Stock)
Seperti yang dijelaskan poin A diatas, laporan mengenai jumlah RC yang kosong dapat diperoleh dengan mudah. Perusahaan dapat memperoleh data ketersediaan RC untuk kegiatan bisnis berikutnya dengan mengolah data dari laporan jumlah RC yang kosong dan dari laporan jumlah rencana produksi hari esok.
Dengan begini perusahaan dapat mengetahui apakah jumlah RC yang kembali/kosong cukup, kurang atau lebih. Data loger yang jelas mengenai jumlah RC yang dimiliki ini akan mencegah bagian purchasing untuk buru-buru membeli RC karena permintaan dari bagian produksi yang kekurangan RC saat akan ada pengiriman. Bisa jadi pada saat proses opname ternyata jumlah RC berlebih.
3. Produktivitas RC (Productivity)
Dengan adanya ID pada setiap RC, riwayat pemakaiannya bisa kembali diulas untuk melihat produktivitas dari masing-masing RC secara tepat, mulai dari pembelian hingga pemusnahan. Dengan begitu, kita dapat mengetahui secara pasti indeks kinerja (KPI) dari RC tersebut.
4. Penyelesaian perselisihan (Customer Disputes)
Perselisihan jumlah adalah masalah yang sering terjadi pada setiap transaksi pengiriman dari dan ke customer. Biasanya pihak customer ataupun supplier tidak memiliki catatan yang tepat dari keberadaan setiap RC. Bahkan bisa tertukar dengan RC supplier lain. Sering terjadi selisih lebih, selisih kurang, atau kehilangan. Akibatnya ada penalty/penggantian terhadap RC yang hilang.
Dengan pencatatan ID dari RC saat pengiriman, customer akan memperoleh informasi No ID RC yang dikirim. Sehingga saat penerimaan di customer, mereka sudah memiliki data ID RC dan dibaca sebagai penerimaan di sisi customer. Begitu juga sebaliknya saat pengiriman kembali RC kosong ke supplier, customer akan mengirimkan data ID RC yang dikembalikan ke supplier. Pihak supplier akan mencocokan ID RC saat menerima pengembalian dari customer. Dengan begitu dapat dipastikan jumlah yang dikirim dan diterima selalu tepat. Jika terjadi selisih, secara cepat diketahui kapan terjadi selisih dan siapa yang bertanggung jawab terhadap selisih tersebut.
5. Monitor lama pakai (Lifecycle Monitoring)
Dengan pencatatan no ID RC mulai dari registrasi sampai write-off, akan diperoleh riwayat pemakaian RC, berapa lama pemakaiannya, dan siapa pembuat RC tersebut. Data ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan review performa RC.
6. Mengurangi kehilangan (to Prevent Lose)
Pencatatan no ID RC dilakukan di setiap transaksi yang ada berdasar zona akan mempermudah penelusuran jika terjadi kehilangan. Lokasi terjadinya kehilangan, tanggal, waktu dan siapa yang bertanggung jawab dapat diketahui dengan mudah.
Peran Implementasi RFID menjadi vital karena dalam proses identifikasi perusahaan dapat mengambil data secara otomatis tanpa bersentuhan hanya dengan menggunakan kode atau tag. Selain itu, Implementasi RFID akan meningkatkan efektifitas dalam menyimpan atau melacak data dan informasi. Dengan RFID, perusahaan dapat menghitung semua asset dalam waktu beberapa detik saja. Tentu saja ini akan sangat menghemat biaya dan tenaga.
Hubungi ACS Group, pelopor dan pemimpin di bidang solusi Auto-Identifikasi dan sistem barcode sejak tahun 1991, untuk Implementasi RFID yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis dan organisasi Anda.
Untuk informasi lebih jelas silahkan melihat video di youtube ACS Group “Perkembangan & Manfaat RFID dan Barcode Untuk Industri”.